Langsung ke konten utama

Tumbuh dari Modal Awal Rp 10.000 dan Semangat Rock


Kecintaan pada musik rock tidak hanya mendorongnya menjadi musisi. Tapi, justru membentuknya menjadi pengusaha distributor outlet (distro) yang menjual aneka aksesoris berbau rock. Kini dari usahanya ini, setidaknya pemasukan Rp 5 juta per bulan bisa dikantongi.

Profesi musisi dan pengusaha bisa berjalan seiring. Ini setidaknya dibuktikan oleh Budho Adhi Sadharmo, 31, yang akrab dipanggil Bodhas. Tidak hanya berhenti sebagai musisi, sejak usia muda ia sudah melirik usaha toko yang menjual aksesoris berbau rock.

Salah satu pentolan grup band Devadata ini pun nekat merintis usaha ini hanya dengan bermodalkan uang senilai Rp 10.000. “Pertama kali coba-coba usaha tahun 1999, dengan modal Rp 10.000 beli bahan gelang karet hitam rol-rolan terus saya potong-potong sendiri, dimodifikasi, lalu saya jual,” kisah Bodhas.

Gelang karet hitam itu dijual dalam kemasan plastik berisi sepuluh buah dengan harga Rp 6.500 per bungkus. Gelang yang menjadi aksesoris penunjang penampilan ‘rocker’ itupun laris manis. Keuntungan yang didapat selanjutnya diputar dan digunakan jadi modal kembali.

Bodhas juga mulai mengembangkan karyanya, dengan membuat aksesoris beragam mulai gelang dari bahan karet, imitasi dan kulit, ikat pinggang, serta merambah sablon kaos dan bandana (scraft). “Ya awalnya semua dijual ke komunitas pecinta music rock Surabaya,” ujarnya.

Tak diduga, usaha yang dirintis 11 tahun lalu itu terus berkembang dan melahirkan toko/distributor outlet (distro) dengan nama DAS Rock Merch. Setidaknya, per bulan Bodhas mampu mengantongi Rp 5 juta dari usahanya ini.

Ia menuturkan, sampai saat ini semua produk dikerjakannya sendiri. Mulai dari mencari bahan, pembuatan hingga penjualan. ”Saya potong-potong sendiri, saya beri sablonan merek dan variasi biar beda dan laku,” terang pemuda berambut panjang itu.

Perlahan tapi pasti, usaha Bodhas terus merangkak naik seiring keberadaan grup bandnya yang mulai diakui pecinta musik rock. Ia mencantumkan nama merek dagang, DAS, selain membuat aksesoris dan kaos khusus sebagai merchandise grup bandnya Devadata.

Dari semula menawarkan barang dagangan pada teman dekat, Bodhas mulai membuka lapak pada event-event musik dan pameran. Ia juga menitipkan produknya ke beberapa Distro di Surabaya dan kota lain.

“Pertama kali produk saya sempat ditolak, katanya sudah ada produk yang sama. Tapi saya tidak menyerah. Saya terus berkreasi hingga akhirnya mereka bisa menerima dan mau menjual produk saya dengan sistem konsinyasi,” beber Bodhas.

Langkah Bodhas dalam usaha produksi dan penjualan produk khas musik rock semakin mantap ketika angka penjualan terus meningkat. Produk DAS, khususnya kaos Devadata yang dibuat dalam jumlah terbatas, untuk setiap desain mulai banyak diburu.

Dengan bendera DAS, Bodhas ekpansi ke beberapa kota dengan menggandeng beberapa distro di Gresik, Jombang, Bali, Solo, Samarinda dan Kendari. Selain memenuhi pasar pecinta musik rock, Bodhas juga kebanjiran order pemesanan produk dari beberapa perusahaan yang jadi rekanan.

Sekarang ini, DAS tetap memproduksi dua hingga tiga desain kaos baru setiap bulannya. Tiap desain dibuat terbatas sejumlah dua lusin atau 24 pieces. Kaos-kaos yang merupakan  merchandise grup band Devadata itu dijual beragam dengan kisaran harga antara Rp 50.000 hingga Rp 85.000.

Pada 2008, anak ketiga dari empat bersaudara itu mulai membuka toko/distro di rumahnya di Jl Pakis Tirtosari III, belakang kampus Universitas 45. Produk yang dijual selain buatan sendiri, juga menampung beberapa produk rekanan.

Setidaknya ada ribuan item produk dijual. Hampir semua produk yang dijual berbau rock. Mulai dari aksesoris, kaos, jaket, tas, celana, boxer, sepatu, sandal hingga CD grup band yang diproduksi secara independent.

Untuk terus mengembangkan usahanya, Bodhas memiliki cara jitu guna merangkul penggemar Devadata dan pelanggan DAS. Sejak sebulan lalu ia membentuk komunitas, Devadata Army.

“Saya ingin merangkul teman-teman yang sudah mendukung selama ini dan membuat wadah yang menjadikan kami sebagai keluarga,” terang pemuda yang pernah kuliah di Unitomo dan Diploma Desain Grafis ITS itu.

Anggota Devadata Army akan mendapat beberapa keuntungan, seperti diskon khusus dan diajak mengikuti kegiatan gathering. Dengan jiwa dan semangat rock Bodhas mampu mengembangkan usahanya di balik eksistensi bermusik. “Sekarang usaha ini justru mendukung musik saya,” tegas gitaris, sekaligus vokalis Devadata itu.

Bukan hanya mendukung keberadaan band Devadata, DAS Rock Merch juga turut membantu membangkitkan semangat pecinta musik Rock. Kini, Bodhas mulai mengembangkan DAS Rock Merch menjadi sebuah event organizer dengan menggelar event-event musik rock. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c