Langsung ke konten utama

Iseng-iseng Berbuah Pesanan hingga Hongkong


Bisnis aneka jilbab semakin menjamur. Tidak seperti lima tahun silam, bisnis ini kian menggurita. Mulai pelosok gang hingga rumah gedongan, semua menggarap bisnis ini. Untuk skala kecil, bisnis ini memang tak perlu modal banyak.

Bagi Rizki Rahmadianti, 33, bisnis besarnya memproduksi jilbab dengan merek dagang Ananda berawal dari iseng-iseng. Kala itu ia masih bekerja sebagai teknisi di sebuah stasiun televisi swasta nasional.

“Waktu itu saya cuma iseng ingin buat sesuatu yang unik. Kebetulan saya suka menyulam. Akhirnya saya coba menyulam di jilbab. Modalnya cuma Rp 300.000. Hasilnya saya tawarkan di ibu-ibu pengajian di sekitar rumah,” ujar sulung tiga bersaudara ini, Rabu (5/5).

Responnya menggembirakan. Sejak 2003 itulah ia melayani pesanan. “Saya bikin sample lalu saya tawarkan dan direspons. Iseng-iseng juga saya bikin website www.rumahjilbabananda.com lho kok langsung ada permintaan 200 biji dari Jakarta. Saya betul-betul surprised! Mereka bahkan berani bayar di muka,” kenang Rizki.

Alumnus Teknik Elektro Universitas Brawijaya ini pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia menyanggupi meskipun jumlah tenaga yang ada sangat terbatas. “Promosi lewat online kalau display-nya bagus memang manjur. Saya pakai model keponakan dan saudara, tidak pakai manekin. Editing photoshop-nya saya maksimalkan,” imbuh ibu dua anak ini.

Saat ini, ia tak cuma menyulam jilbab tapi sekaligus memproduksinya di kawasan Rungkut Barata VI. Jumlah agennya mencapai 30 tersebar di pelosok nusantara. Jumlah karyawan tetapnya 10 orang, karyawan tidak tetap mencapai 50 orang.

“Awalnya saya sudah bisa jahit tapi jahit lurus. Belajar jahit jilbab, dari jilbab yang saya beli di Royal lalu saya bongkar dan saya pelajari. Desain aplikasi pita dan benang sulamnya saya create sendiri,” jelasnya.

Kini, usahanya sudah berkembang tak sebatas jilbab tapi baju berbahan kaos untuk busana muslim, ukuran dewasa wanita dan anak-anak. “Itu juga karena permintaan agen,” ucapnya. Untuk memperdalam ilmunya, Rizki juga menempuh pendidikan mode di Susan Budihardjo.

Rizki kini bisa memproduksi jilbab rata-rata 3.000 potong per bulan, sedangkan kaos busana muslim bisa 200 potong per bulan. Bahan jilbabnya kaos rayon, spandex sutra dan paris, sedangkan bahan baju busana muslim kaos katun.

“Memasarkan produk sebetulnya menjadi hal yang lumayan sulit. Dulu saya memasarkan ke toko-toko tapi hasilnya kurang bagus. Saya jual seharga Rp 20.000 per biji mungkin dianggap kemahalan dan kalah dengan jilbab-jilbab dari Gresik

Akhirnya, ia menjual dengan sistem agen melalui jaringan online. Jualan melalui distributor dan agen, diakuinya, lebih menguntungkan. Memang harga jualnya tidak bisa murah karena distributor pasti minta potongan, dari distributor ke agen juga pasti minta potongan.

“Kalau jual Rp 15.000/potong maka keuntungan cuma saya yang dapat, sedangkan distributor dan agen akan sulit dapat margin,” jelas Rizki.

Ia pun membuat daftar harga tetap untuk setiap model, dan memberikan diskon tertentu untuk pembelian dengan nilai tertentu. “Diskonnya tidak per potong tapi per jumlah pembelian. Misalnya kalau pembelian minimal Rp 6.000.000 akan mendapat diskon sampai 40 persen, kalau pembelian Rp 200.000 diskonnya cuma lima persen,” katanya.

Selain menggali pasar domestik, tahun ini ia berencana meningkatkan ekspor. “Permintaan ke Hongkong sudah ada. Mungkin nanti saya akan jajagi ke Malaysia dan kantong-kantong TKI lainnya. Untuk mengembangkan pasar ekspor, saya minta difasilitasi Disperindag Jatim melalui P3ED,” ujarnya.

Orderan yang berjalan sejak 2003 sampai 2010 meski naik, namun mengalami pasang surut. Terlebih lagi akhir 2009 ketika semakin banyak pemain di bidang yang sama.

“Permintaannya mulai stag di 2009, bahkan awal 2010 orderan menurun. Tapi terus saya siasati dengan membuat desain yang inovatif,” ungkap Rizki.

Sayangnya, usaha jilbab merek Ananda ini gagal mendapatkan hak paten karena pengusaha di Bekasi lebih dulu memakai merek ini. “Akhirnya saya ganti Rizhani. Mengganti merek ternyata memengaruhi penjualan. Saya seperti mulai dari nol lagi, meski ada sebagian pelanggan yang sudah loyal dengan produk saya,” pungkas Rizki, yang setiap bulan bisa meraup omzet Rp 60-70 juta dengan keuntungan 20 persen. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c