Langsung ke konten utama

Bisnis Warisan yang Membuahkan Hasil


Bordir tak hanya cantik melekat di pakaian tubuh. Alas kaki pun memajangnya nan imut sebagai aksen. Bisnis sepatu bordir memang belum sebeken sepatu kulit. Namun di pasar dan segmen tertentu, bisnis ini bisa sangat menjanjikan.

Bagi Cicilia Awang Purna Rina Samodra atau akrab disapa Rina, 33, usaha sepatu bordir berawal dari ide mamanya yang memang suka produk yang unik-unik.

“Tahun 2003 pelaku usaha sepatu bordir tidak seperti sekarang. Almarhum mama saya melirik peluang ini. Buktinya, dalam beberapa tahun ke depan hasilnya memang menjanjikan,” ujarnya mengawali cerita, Kamis (15/7) malam.

Kala itu, model pemasarannya lewat jaringan teman dan saudara, serta aktif mengikuti pameran di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Belanda, Prancis, Maroko. Orderpun mengalir. Ia tak hanya melayani pemesanan di Surabaya dan sekitarnya, tapi juga luar pulau.

“Ekspor memang belum dalam jumlah besar karena ketika pameran di luar negeri selalu bawa banyak sepatu dan laku. Tahun ini kita ingin jajagi ekspor ke Australia,” ujar lulusan Teknik Sipil Royal Melbourne Institute of Technology University (RMIT), saat ditemui di gerainya City of Tomorrow (Cito).

Bisnis sepatu bordir ini merupakan usaha sampingan bagi keluarganya. Sehari-hari, wanita yang sempat menetap di Australia sejak kelas 2 SMA hingga lulus kuliah ini, bekerja di perusahaan kontraktor.

“Kakak dan kedua adik saya tinggal di Australia. Tidak ada yang meneruskan usaha mama. Akhirnya saya pulang ke Surabaya ngurusi bisnis ini dan kalau pagi bekerja di perusahaan kontraktor,” ujar anak ke-2 dari empat bersaudara ini.

Untuk memantapkan usahanya, almarhum mama akhirnya membeli sebuah stan di Cito seharga Rp 400 juta pada 2006. Stan itu diberi nama Jewuskha, yang dalam Bahasa Rusia berarti perempuan.

“Yang pilih nama stan itu adalah almarhum papa. Sengaja tidak sewa karena itung-itung buat investasi bersama,” aku arek Suroboyo kelahiran 11 November 1977, yang kini menanti kelahiran anak pertamanya.

Penjualan melalui gerai Jewuskha rata-rata 10 pasang per hari, belum termasuk orderan khusus dari distributor. “Selama ini, sepatu model dewasa lebih banyak pembelinya,” ungkap Rina.

Saat ini, dengan menggandeng 10 perajin Bangil, Rina memroduksi rata-rata 500 pasang sepatu per bulan. Jumlah ini di luar order grosiran. Harga jualnya mulai Rp 65.000 (sepatu anak wanita), Rp 70.000 (sepatu wanita dewasa motif biasa) dan Rp 75.000 (sepatu wanita dewasa motif bordir terawang). Untuk ukuran sepatu anak mulai 22-33, ukuran dewasa mulai 34-43.

“Modal awalnya dulu Rp 10 jutaan, sekarang sudah berkembang. Tapi sejak dulu sampai detik ini tidak ada niatan untuk pinjam bank karena prosedurnya pasti ribet. Kita atasi pakai modal keluarga dulu,” imbuh Rina.

Ia mengakui, dibukanya kran perdagangan bebas sempat membuatnya ketar-ketir. Sepatu-sepatu China sangat murah. Banyak orang yang masih berburu harga dibandingkan model atau kualitas.

“Apalagi sepatu saya menyasar segmen middle. Jadi, kita harus rajin berinovasi motif dan modelnya. Rajin hunting di dunia maya. Untung saja bahan bakunya keseluruhan dari lokal jadi biaya produksi bisa ditekan,” terang Rina.

Ke depan, wanita berpostur tomboy ini akan mengembangkan pemasarannya dalam bentuk website. “Nanti akan kita buatkan website, karena selama ini konsentrasi saya masih di pekerjaan utama di kontraktor, jadi bagi waktunya ngurusi website masih sedikit repot,” pungkasnya. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c