Langsung ke konten utama

Kuncinya, Kontinyu dan Mudah Diakses

Sebuah produk, apalagi yang bagi sebagian orang dianggap memiliki keunikan tersendiri, pasti akan selalu dicari, meski jangka waktunya tak bisa ditentukan. Itu pula yang terjadi pada produk UKM, termasuk produk daur ulang.

Keunikan dan kekhasan produk ini membuat orang terpikat. Sayangnya, tak mudah mencarinya, mengingat sebagian besar pelaku UKM tak memiliki workshop atau outlet yang permanen.

“Kita harus menyadari bahwa keterbatasan dana membuat mereka hanya bisa mengandalkan produksi, sementara pasarnya lebih banyak dihandle orang lain. Ini membuat banyak mata rantai antara hulu hingga hilir,” papar Liliek Noer, Ketua Asosiasi Perajin Jatim (APJ).

Sebenarnya, lanjut dia, kalangan UKM mampu melakukan semua, mulai produksi, pemasaran, hingga akses pasar. Namun masing-masing memiliki dana berbeda-beda. Padahal, untuk bisa kuat di pasar, pelaku UKM harus aktif mengikuti pameran, promosi secara manual maupun internet, hingga memiliki outlet.

Namun itu saja tak cukup karena konsumen butuh informasi berkelanjutan. Ini agar hubungan antara pelaku UKM dengan konsumen tetap terjaga. “Jangan sampai ketika pembeli ingin mencari kembali atau mereka yang pernah tahu akhirnya ingin membeli namun kehilangan kontak, yang rugi kita sendiri,” jelas Liliek.

Apalagi terhadap produk UKM yang belum banyak ditemui di pasar, seperti kerajinan berbahan limbah. Jika memiliki keunggulan tersendiri, bukan tidak mungkin akan banyak dicari konsumen.

Memang, Pemprov Jatim telah menyediakan fasilitas ruang pamer bagi UKM. Sayangnya, lanjut Liliek, fasilitas itu disediakan bagi UKM secara bergantian dengan masa 6 bulan. “Ini disayangkan, karena ketika calon pembeli ingin mendapatkan produk yang sama setahun kemudian, pasti mereka tidak bisa menemui lagi, meski memiliki alamat atau kontak person. Karena biasanya pembeli inginnya akses mudah dan cepat,” tegasnya.

Hal itu pula yang mungkin membuat sebagian UKM memilih untuk menyewa stan sendiri di pusat perbelanjaan. Seperti pusat kerajinan di Royal Plaza, juga di City of Tomorrow. “Asosiasi pun juga mewadahi mereka yang ingin mendisplay barangnya. Beberapa teman UKM dari bahan daur ulang juga membuka stan di sana. Ini untuk memudahkan akses pasar,” tandas Liliek.

Selain itu, ia berharap Pemprov Jatim lebih gencar menyosialisasikan Jamkrida yang notabene bertujuan memudahkan akses kredit bagi UKM tanpa agunan. “Kita perlu sosialisasi lebih detil, karena kenyataannya kalangan UKM masih kesulitan ketika mengajukan kredit di Jamkrida,” imbuhnya.

Ia optimistis, ketika akses pasar, permodalan, serta jaminan kontinyuitas itu dimiliki UKM, produk Jatim dalam 1-2 tahun ke depan akan kian dikenal luas dan mampu mengalahkan sentra produk UKM seperti Jateng, Jogjakarta, atau Bali. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c