Langsung ke konten utama

Kristiawan, Perintis Keripik Buah Kressh


Mendulang Sukses dari Menjajal Sisa Buah

Mengolah buah dan sayur menjadi keripik yang mungkin mustahil bagi banyak orang, ternyata mampu dilakoninya. Di tangannya, bukan hanya buah apel yang bisa dijadikan keripik, tapi juga buah melon, semangka, salak, durian, bahkan sayuran seperti wortel, labu dan jamur.

Malang, kota yang terkenal sebagai penghasil buah dan sayuran, benar-benar tidak dipandang sebelah mata oleh Kristiawan, 43. Dalam pandangannya, puluhan buah dan sayuran ini bisa diolah menjadi ‘camilan sehat’.

“Semua buah dan sayuran yang bisa langsung dimakan, pasti bisa dibuat keripik,” cetus Kris, panggilan akrabnya, Jumat (11/6).

Tekad mewujudkan keinginannya itu, makin terbuka lebar saat ia bergabung di pabrik pengolahan keripik buah apel, atau selang setahun setelah menamatkan studinya di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. “Dari sini, saya belajar proses pengolahan dengan peralatan yang ada di pabrik,” beber Kris.

Meski sempat pindah ke perusahaan sejenis lainnya, keinginannya tak luntur. Bahkan, Kris memanfaatkan sisa bahan yang tidak terpakai sebagai percobaan. “Sisa-sisa buah apel yang masih layak itu saya bawa pulang untuk diolah lagi, di antaranya jenang dan manisan. Ini percobaan saja,” kenangnya.

Upayanya membuahkan hasil. Namun, untuk membuat keripik buah, Kris mengaku belum siap baik peralatan maupun tenaganya. Dengan bermodalkan tabungan sendiri sebesar Rp 5 juta, ia mulai merancang pengolah keripik sendiri.

“Dengan mesin ini, biaya bisa ditekan dan hasilnya lebih berkualitas. Keripik apel terasa tidak keras dan lebih garing,” tutur Kris, yang kemudian memberikan hasil karya mesinnya pada beberapa pengusaha UKM di Malang.

Sebagai gantinya, pengusaha UKM itu menjual keripik apel kepadanya. Melalui standarisasi khusus, produk itu kemudian dikemas dengan merek ‘Kressh’ dan dititipkan ke toko oleh-oleh. Tidak butuh lama, konsumen langsung meminati keripik apel ‘Kressh’. Bukan hanya warga Malang, tapi juga digemari berbagai daerah lain.

Karena tingginya permintaan, sekitar tahun 2004 ia memutuskan ikut memproduksi keripik buah sendiri. Apalagi, melihat peluang pasar keripik apel yang sangat besar. Toh, Kris tak cepat berpuas diri. Setiap tahun, ia mencoba berinovasi dengan memanfaatkan buah lain seperti semangka, melon, salak, bahkan sayur mayur seperti jamur, wortel dan lainnya.

“Buah dan sayur lain pun bisa mencapai kerenyahan yang tidak bisa disamai oleh pesaingnya,” ungkap peraih gelar Pengusaha Mikro Terbaik Jawa Timur tahun 2008, versi salah satu bank pemerintah ini.

Bersama sekitar 40 orang karyawannya, Kris menangani mulai proses pemilahan buah hingga pasar. Sebetulnya, cukup sederhana untuk membuat keripik buah. Buah matang yang sudah dikupas dicuci, dirajang tipis, lalu digoreng menggunakan vacum frying sekitar 1,5 jam.

Dalam proses ini, yang hilang selain air hanya volatil yang mudah menguap. Karena diproses dibawah suhu 80 derajat celcius, membuat gizi, rasa, dan warnanya tak berubah. Untuk menjaga ketahanan produk, ia mengemas produk olahannya dengan aluminium foil.

“Saya berobsesi agar keripik buah ini bisa dibudayakan sebagai makanan sehat untuk anak kecil karena kandungan gizinya,” papar ayah 4 anak ini.

Kini, Kris tak lagi merasakan kesulitan memperoleh pinjaman bank, pengajuannya lebih gampang. Saat itu nilai pinjamannya sekitar Rp 20 juta dari salah satu bank pemerintah.

Soal bahan baku, Kris menggandeng sejumlah pengepul buah dan sayur di Malang, Semarang, Banyuwangi, Yogyakarta, Blitar, hingga Probolinggo. Namun, kondisi panen buah-buahan yang musiman terkadang menjadi kendala. Ini membuatnya kewalahan karena permintaan meningkat.

“Satu-satunya jalan dengan meminjam bank untuk menambah mesin produksi. Saat ini kami memiliki empat mesin dengan kapasitas produksi mencapai 60 kg keripik per hari,” ulas Kris yang juga memproduksi manisan stroberi, salak, dan jambu merah.

Ia juga mendekati sentra-sentra buah, dengan harapan bisa menjaga kestabilan harga buah di pasar. Sekaligus bermitra dengan empat UKM di sentra buah seperti Probolinggo, Lumajang, dan Malang.

Kini, Kris telah menghasilkan sekitar 16 jenis keripik buah dan sayuran yang telah dipasarkan sejumlah daerah di Indonesia, bahkan beberapa agen di Batam mengirimkan ke Singapura. Omzet penjualannya bisa mencapai Rp 1 miliar dalam satu tahun.

Meski begitu, ia tak puas sampai di situ. Menurut Kris, masih banyak jenis buah yang masih bisa diproduksi. Kris berencana mengembangkan bisnis, seperti keripik berbahan rumput laut, selain menghasilkan manisan buah basah dari beragam buah seperti apel, nanas, dan mangga.

“Saya juga berencana menciptakan permen coklat isi buah,” ujar pria yang pernah menjadi dosen di Universitas Tribuana Tungga Dewi, Malang ini. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c