Langsung ke konten utama

Atasi Modal dengan Kemitraan

Pasar produk merchandise hingga kini masih menjanjikan. Sebagian besar konsumen adalah lembaga atau perusahaan. Di Jatim, terdapat ratusan bahkan ribuan perusahaan. Ini merupakan pasar yang sangat besar.

Ketua Asosiasi Perajin Jatim (APJ), Liliek Noer mengatakan, saat ini hampir semua perusahaan baik BUMN maupun swasta, serta pemerintahan memiliki logo, ikon, dan maskot, yang diwujudkan dalam bentuk produk untuk dipakai sendiri maupun sebagai souvenir.

“Inilah mengapa dikatakan pasar merchandise sangat besar. Mereka rata-rata akan memesan dua kali dalam setahun, yakni saat ulang tahun atau tahun baru. Belum lagi kalau ada even-even tertentu, dan volumenya cukup banyak,” jelas Liliek, Kamis (29/4).

Liliek mengungkapkan, di Jatim cukup banyak perajin skala UKM yang memproduksi merchandise. Namun tak banyak dari mereka yang mampu menembus segmen lembaga/perusahaan. Pasalnya, dibutuhkan kualitas dan kreativitas untuk bisa menjadi langganan mereka.

Akibatnya, perajin hanya mengandalkan pasar ritel dengan menawarkan produk yang umum dan banyak ditemui di pasar, seperti di pusat perbelanjaan atau di sejumlah objek wisata.

“Selama ini kreativitas mereka memang kurang untuk menciptakan produk yang inovatif serta beda. Dari sisi finishing juga kurang halus. Makanya mereka masih butuh bimbingan dan ini yang terus kita upayakan,” ulas pemilik Afiti Galery ini.

Di sisi lain, ia mencontohkan, pada pameran di Kinabalu, Malaysia, beberapa waktu lalu, pihaknya menerima order pembuatan merchandise berupa gantungan kunci yang menggambarkan orang membawa bola dengan memakai pakaian adat salah satu daerah di Malaysia.

Hanya saja, masalah klasik yang dihadapi kalangan perajin UKM, terbatasnya modal. Seperti diketahui, order dari perusahaan, lembaga, atau event organizer untuk momen tertentu jumlahnya cukup besar. Tak heran jika butuh modal besar untuk menyiapkan bahan baku dan upah pekerja.

“Ironisnya, pemesan hanya memberi uang muka dan surat pesanan. Bahkan banyak di antaranya yang tanpa uang muka sama sekali. Ini yang membuat UKM kita kadang tak mampu. Padahal, modal surat pesanan itu saja tak bisa untuk mengajukan kredit ke bank,” jelas Liliek.

Guna meminimalisasi hal itu, tak jarang pihaknya harus membagi para perajin itu sesuai dengan kelompok dan produk yang dihasilkan. Ini agar ketika ada pesanan, perajin yang tak memiliki modal bisa tetap mengerjakan pesanan, dengan jalan kemitraan.

“Yang mendapat order atau perajin yang mampu menyiapkan bahan baku bisa disubkan ke perajin lainnya. Dengan begitu, order tetap jalan dan bisa dikerjakan sesuai target waktu,” papar Liliek. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c