Langsung ke konten utama

Gagas Outlet untuk Tampung Produk UKM

Dari puluhan produsen suwar-suwir yang ada di Kabupaten Jember, beberapa orang mempunyai outlet penjualan. Ketua Paguyuban Suwar-Suwir Jember Rendra Wirawan menyebut, ada tujuh produsen suwar-suwir yang mempunyai outlet penjualan sendiri.

Outlet-outlet itu menjual produk mereka, seperti suwar-suwir, prol tape, brownis tape, tape singkong, serta jajanan lainnya. Outlet itu memakai nama sesuai produk mereka masing-masing.

Bukan hanya outlet milik swasta, tapi Pemkab Jember pun memiliki outlet panganan khas ini. “Sayangnya, outlet punya Pemkab malah dimonopoli satu merek suwar-suwir saja,” kata Durachim.

Seharusnya, kata dia, outlet bisa menjual sejumlah merek suwar-suwir, seperti yang dimiliki swasta.

Hal senada diungkapkan Rendra. “Memang disayangkan kalau hanya ada satu produk di outlet tersebut. Seharusnya tidak ada monopoli,” ujar Rendra, yang juga mantan anggota DPRD Jember.

Ke depan, outlet punya pemerintah daerah hendaknya tidak dimonopoli oleh satu merek saja. Ia mencontohkan, outlet milik keluarganya ‘Primadona’ menerima 19 merek suwar-suwir.

“Kami menampung 19 merek suwar-suwir dari 19 UKM yang ada di Jember. Terutama dari produsen yang tidak mempunyai outlet,” ujarnya.

Karena itu, ketika menjadi anggota DPRD periode 2004–2009, dirinya yang duduk di Komisi B mendesak agar ada outlet baru milik pemda. Outlet itu rencananya dibuka di daerah Jubung.

“Nantinya saya minta agar tidak ada monopoli produk dalam outlet tersebut. Harus seragam dan bisa menampung semua produk perajin yang ada di Jember, terutama sektor UKM,” tegasnya.

Sebab, diakui Rendra, pemasaran menjadi persoalan klasik dalam dunia suwar-suwir. Pemkab Jember seharusnya membantu perajin suwar-suwir. “Memberikan stimulus seperti permodalan, manajemen, pengawasan kualitas dan standar mutu, serta mencari terobosan pasar,” imbuhnya.

Ke depan, tantangan perajin suwar-suwir tidak terjadi di antara para perajin saja. “Namun bagaimana perajin yang masih home industry berhadapan dengan produsen permen atau manisan skala industri besar, pabrikan. Itu harus dipikirkan mulai sekarang,” kata Rendra yang mencatat saat ini ada sekitar 40 perajin suwar-suwir di Jember. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c