Langsung ke konten utama

Demo Pembuatan di Trotoar, Hantar Produknya Hingga Eropa

Tidak pernah terlintas dalam benak Edi C Purnomo, 43, yang lulus dari SMEA bisa mengenyam kehidupan mapan seperti sekarang. Dari pergulatannya membuka usaha kerajinan gerabah (tembikar), kini ia benar-benar menikmati hasil jerih payahnya.

Ia mengaku, semua yang dinikmati ini bukan perkara mudah. Tapi, penuh dengan rintangan. “Berapapun modal yang kita miliki tanpa dibarengi dengan semangat dan pengetahuan yang cukup terhadap usaha yang kita jalani, pasti akan cepat menuai kegagalan,” tutur Edi, ditemui di kediamannya di Jl Cangkring 21B, Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.

Berpegang pada prinsip itulah, Edi menekuni kerajinan keramik yang terbuat dari tanah liat (lempung). Semua ia kerjakan dan pasarkan sendiri. Manajemen Bakso, begitu Edi meng-istilahkan.

Saran istri dan keluarga yang meminta dia memutar haluan, tak dihiraukan. Ia menutup rapat kedua telinganya dan terus melaju dengan rencananya. “Mereka berpendapat begitu wajar, karena hasil yang saya dapatkan tidak cukup untuk biaya makan,” aku Edi.

Pria yang telah dikarunia dua anak ini memilih usaha di bidang souvenir yang terbuat dari gerabah, selain kaya pengalaman dalam bidang kerajinan, modal yang dibutuhkan cukup kecil, sesuai dengan kemampuannya. Hanya bermodalkan tong (drum) bekas wadah oli dan bahan baku berupa tanah liat yang dicari sendiri.

Begitu juga dengan produk yang dihasilkan, lelaki yang hobi melukis di kanvas ini tidak segan-segan membuka stan lesehan di emperan toko atau di atas trotoar. Metode pemasaran yang dipilihnya cukup menarik, Sambil memamerkan dagangan beralaskan tikar plastik, Edi mendemonstrasikan cara membuat kerajinan souvenir.

“Sambil menunggu pembeli, saya memeragakan cara membuat gerabah. Ternyata teknik itu cukup mengena, mereka yang nonton banyak yang beli,” ujar Edi tersenyum.

Kendati banyak tantangan dan aral yang melintang, Edi berkomitmen membuka usaha di bidang kerajinan keramik. Puluhan tahun ia telah menggeluti kerajinan ini, mulai proses pembuatan hingga barang siap jual. Kota Bandung, Bekasi, Bogor dan Pulau Dewata, termasuk perusahaan-perusahaan keramik yang ada di Probolinggo, seperti Saki, Paolo, pernah dijelajahinya.

Bemodalkan ilmu itu dan dukungan dari pimpinan perusahaan yang pernah dimasukinya, Edi makin menancapkan cengkeramannya di usaha tersebut. Setelah berhasil di jalur gerabah, pria yang pernah menimba ilmu perkeramikan di negeri Thailand ini melangkahkan kaki di bidang keramik. “Atas kebaikan pemerintah provinsi, saya mendapat bantuan oven (pemanas). Dari sanalah, saya lebih mantab lagi berusaha,” katanya.

Meski telah memiliki oven, Edi masih terbentur modal. Untuk menggarap sebuah produk, Edi masih mengandalkan pesanan. Dari uang muka yang ia terima, digunakan untuk modal. Dari sana, setapak demi setapak usaha yang memanfaatkan pekarangan orangtuanya itu kini melonjak pesat.

Dalam kurun waktu 8 tahun, produk keramik Kinasih mampu menembus pasar Asia, seperti Thailand bahkan sampai pasar Eropa seperti, Itali. Untuk pasar domestik, Edi telah merambah ke Bali, Jakarta hingga ke Sumatra dan Kalimantan. “Yah lumayan mas, yang penting bisa mempekerjakan pengangguran, terutama tetangga sendiri,” jelasnya.

Untuk mensiasati pesaingnya, konsep yang dijalankan pria yang memilik usaha bersebelahan dengan tempat tinggalnya ini menciptakan model atau desain yang menarik dan beda. Konsep ini tercipta dilatar-belakangi oleh kurangnya peralatan.

“Peralatan memang masih kurang. Kondisi ini bukan berarti kita harus kalah, tetapi bagaimana dengan situasi ini kita bisa melampaui mereka. Buktinya, kami bisa,” papar Edi semangat.

Dalam memilih atau menentukan desain produk, selain ide pemesan dan diri sendiri, Edi juga memberi peluang kepada karyawannya untuk membuat desain. Jika konsep itu, bagus dan laku dijual, tanpa ada rasa sungkan, Edi meng-ACC konsep dari anak buahnya. Mengenai warna, ia lebih memilih warna yang terkesan alami.

Selain memproduk barang untuk ekspor dan dounter di kota-kota besar, Edi juga membuka peluang bagi warga yang berkeinginan memesan souvenir. ”Wah banyak mas, saya lupa. Macem-macem ada yang untuk perkawinan dan untuk souvenir haji,” aku Edi, seraya memperlihatkan souvenir yang dipesan oleh seseorang yang akan naik haji tahun depan. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c