Langsung ke konten utama

Sebar Virus Sukses dengan Konsep 70:20:10


Tak banyak orang yang rela ‘melepas’ karir ketika kesuksesan mulai dirasakan. Apalagi pengakuan itu bukan hanya datang dari teman satu perusahaan saja, namun sudah diakui di kancah internasional.

Hal itu pula yang dialami Yoris Sebastian. Sukses memimpin Hard Rock Cafe (HRC) Jakarta di usia 26 tahun, mampu membawanya menjadi General Manager termuda di Asia Pasifik (termuda kedua di dunia).

Acara I Like Monday di HRC yang ia prakarsai merupakan salah satu hasil jerih payahnya, yang mengangkat citra dirinya sebagai pria lajang yang memiliki sejuta inovasi. Toh demikian, Yoris tak berpuas diri.

Ia memilih untuk berbisnis sendiri. Melalui Oh My Goodness (OMG) Creative Consulting, perusahaan konsultan kreatif yang didirikan bersama Sumardy, Yan Gunawan, dan Bernhard Subiakto, Yoris kini mulai menuai hasil dari gagasan-gagasannya yang kerap dianggap tak biasa oleh banyak orang.

“Setiap bisnis adalah bisnis kreatif,” seru Yoris memulai pembicaraannya dengan Surya usai menjadi pembicara di sebuah even, di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya.

Beberapa contoh yang sudah dikerjakan OMG, di antaranya konsultan pengembangan bisnis konsep ruang rapat fPod di FX Plaza, Jakarta; kreatif konseptor Rasuna Epicentrum yang mengusung konsep The Creative Capital of Jakarta; pemasaran dengan konsep word of mouth untuk XL dan kosmetik Caring Colours; konsultan pemasaran kreatif film remaja Queen Bee dan Ketika Cinta Bertasbih, dan banyak lagi.

OMG baru berdiri pada 1 April 2007, tetapi pria kelahiran Makassar, 5 Agustus 1972 ini bukan orang baru di dunia kreatif. Dia lama bekerja di Haagen Dazs dan Hard Rock Cafe di bawah MRA Group. Selama di sana, Yoris sempat menelurkan beberapa unit usaha baru, IP Entertainment, BC Bar, dan majalah MTV Trax.

Keberanian menjadi wiraswasta muncul setelah memenangi kompetisi Young Creative Entrepreneur Award 2006 British Council Indonesia kategori musik. Dalam kompetisi internasional di London itu, dia memenangi juara kedua.

”Di Inggris saya bertemu banyak usahawan bidang kreatif dan industri musik. Saya melihat potensi industri kreatif dan belajar bahwa industri ini bisa dikerjakan dengan berkolaborasi bersama banyak orang,” ungkap Yoris.

Pengalaman dari Inggris itu menyadarkannya, bahwa yang dikerjakan selama ini adalah bagian dari ekonomi kreatif. ”Waktu itu banyak teman dari perusahaan lain yang minta ide gila. Awalnya enggak sengaja, lama-lama keterusan,” urainya.

Konsep adalah juga bisnis, sepanjang kreatif, memiliki inovasi, dan bisa diwujudkan. Dia menyebut sebagai ‘berpikir out of the box, eksekusi inside the box’.

Dalam setiap kesempatan, Yoris selalu memaparkan konsep 70:20:10 bagi mereka yang ingin sukses dan berwiraswasta. Maksud konsep itu, yakni bahwa hidup harus realistis. Artinya, ketika niat untuk merintis usaha muncul, jangan langsung keluar dari perusahaan dan memulai usaha.

“70 Persen revenue harusnya diamankan dulu, tidak peduli kalau pekerjaan itu tidak terlalu membanggakan asal tidak keluar dari scope business, karena dapur harus tetap mengepul. Yang 20 persen, kerjakan sesuatu yang membanggakan tapi masih ada uangnya. Sedang 10 persen, kerjakan sesuatu yang monumental yang bisa ada uangnya, bisa tidak ada namun kita sukai,” ulas peraih Young Marketer Award - IMA & Markplus tahun 2003 ini.

Potensi Daerah

Menurut penilaian Yoris, potensi yang masih terbuka dikembangkan adalah dari daerah. Ia mengakui, orang daerah cukup kreatif. Karena itu, ia pun tak ragu untuk terus memberikan dukungan pada anak-anak muda dari daerah untuk maju.

“Kuncinya, dengan menonjolkan sesuatu yang khas dan sesuai dengan karakter dan rasa masyarakat daerah yang bersangkutan,” papar Yoris yang mulai membidik beberapa kreator muda daerah untuk diajak kerja sama.

Hanya saja, ia melihat, selama ini ada beberapa hal yang menghambat kaum muda untuk maju, di antaranya kurangnya rasa percaya diri. “Hambatan kedua, besarnya keinginan seseorang untuk langsung menjadi besar. Harusnya, mereka bisa menunjukkan prestasi dulu, baru kesuksesan itu akan mengikuti,” tandas Yoris.

Meski demikian, Yoris masih memiliki obsesi yakni bagaimana bisa mencetak banyak orang kreatif di Indonesia. Baginya, orang-orang sukses yang ada adalah mereka selalu merealisasikan ide-ide kreatifnya. “Terserah kita apakah mau mengikuti jejaknya?” imbuhnya.

Nama: Yoris Sebastian
Lahir: Makassar, 5 Agustus 1972
Pendidikan:
SMA Pangudi Luhur 1 Jakarta Jurusan Akuntasi, Universitas Atma Jaya, Jakarta
Pekerjaan:
- Business Director Blockbuzzter –movie and sponsorship consultant (2008-sekarang)
- Chief Creative Consulting Oh My Goodness Creative Consulting (2007-sekarang)
- Pendiri dan Direktur IP Entertainment (1999-sekarang)
- General Manager untuk Hard Rock Cafe Jakarta & Bali (2000-2007)
- Head of Food & Beverage of MRA Group (2004-2007)
- General Manager Hard Rock Cafe Jakarta (1999-2000)
- Hard Rock Café Jakarta (1993-1999)
- Wartawan lepas majalah Hai (1989-1993)
Penghargaan:
- Peraih Young Marketer Award - IMA & Markplus 2003
- Peraih International Young Creative Entrepreneur of the Year in Music - British Council 2006
- Peraih Most Promising Entrepreneur Award yang diadakan oleh Enterprise Asia dari Malaysia 2008.

Sumber : http://www.surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c