Langsung ke konten utama

Agar Dikenal, Mesti Aktif Pertemuan Bisnis

Perkembangan UKM di Tanah Air dari tahun ke tahun terus meningkat, baik jumlah maupun ragam usaha yang digelutinya. Hanya saja, masih banyak ketimpangan yang menyelimuti pelaku UKM, di mana banyak tawaran produk namun belum didukung pasar.

Founder Komunitas UKM Jatim Wuryanano mengakui, ia cukup senang melihat geliat masyarakat yang ingin berusaha mandiri dengan belajar merintis usaha sendiri. Meski tanpa modal atau bahkan rela merogoh tabungan sendiri, kalangan UKM pemula cukup semangat menciptakan produk dan ikut beragam pelatihan.

“Sayangnya, kondisi itu tak diimbangi pasar yang mendukung. Bahkan sebagian besar UKM kita tak peduli itu. Mereka hanya berpikir produksi-produksi atau menciptakan inovasi baru saja,” kata Wuryanano, Jumat (16/7).

Sebagai produk UKM, lanjutnya, tentu saja produknya belum banyak dikenal. Dan ini perlu waktu dan proses bagi calon pembeli untuk memutuskan membeli. Sebetulnya, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaring pasar atau paling tidak mengenalkan produknya ke publik. Selain mengikuti pameran, sebaiknya aktif dalam pertemuan bisnis yang sering digelar komunitas UKM.

“Di Jatim, kita sering menggelar pertemuan bersama komunitas UKM. Terbukti banyak anggota yang berhasil karena di sini merupakan media pemasaran dan memperkuat jaringan usaha dan pasar,” urai pimpinan lembaga pendidikan profesi Swastika Prima ini.

Ironisnya, ucap Wuryanano, selama ini ia sering mendapati banyak UKM yang justru enggan ikut pertemuan semacam itu. Alasannya bermacam-macam, mulai tak ada waktu karena terlibat di produksi hingga malas.

Padahal, jika ingin maju, pelaku atau pemilik usaha tak harus setiap hari terlibat langsung dalam urusan produksi. “Produksi bisa diserahkan kepada orang lain yang dipercaya, sehingga pemilik bisa leluasa bergerak untuk mencari pasar,” tegasnya.

Di sisi lain, ia melihat selama ini UKM terkesan menggantungkan bantuan pemerintah atau BUMN. Ini bisa dilihat dari kurang antusiasnya mereka ketika mendapat kesempatan ikut dalam pameran.

“Keikut sertaan dalam pameran seakan hanya sebagai prasyarat dan pelengkap. Padahal momen itu bisa dimaksimalkan untuk mengenalkan produk kita, karena pengunjung lebih segmented,” imbuh Wuryanano. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c