Langsung ke konten utama

Akses, Bentuk Kluster Wanita

Tidak sedikit produk makanan ringan yang dihasilkan pelaku usaha skala kecil menengah (UKM). Besarnya potensi pasar serta mudahnya mendapatkan bahan baku menjadi alasan mereka terjun ke bisnis itu.

Namun hanya mengandalkan rasa saja tentunya tak cukup bagi mereka untuk bisa bersaing di pasar yang cukup ketat. “Kelemahan UKM hanya pada desain kemasan produk, sedang cita rasanya tidak kalah, bahkan dengan makanan luar negeri. Oleh karena itu perlu digali kreativitas secara terus menerus untuk tetap eksis,” papar Liliek Endang Suparni, Ketua Ikatan Wanita Pengusaha (Iwapi) Surabaya.

Di Surabaya, selama ini cukup banyak UKM yang bergerak di sektor makanan ringan dengan beragam jenis dan bahan. Mulai produk berbahan tepung terigu, tepung beras, hingga hasil laut. Memang, sebagian besar masih mengandalkan pasar lokal yakni pembeli di sekitar mereka.

“Namun jika bisa ditingkatkan dari sisi kemasan produk, bukan tidak mungkin mereka bisa semakin memperluas pasar,” jelas Liliek.

Kemasan ini selain ditujukan untuk lebih memberikan manfaat bagi kualitas produk, juga agar lebih menarik minat pembeli. Memang butuh dana tidak sedikit untuk bisa memberikan nilai tambah terhadap kemasan ini, misalnya untuk membeli bahan kemasan atau mesin kemasan. Ironisnya, belum banyak perbankan yang melirik sektor ini.

Karena itu, tahun lalu pihaknya telah membentuk kelompok bersama yang berisikan wanita-wanita yang bergerak di sejumlah sektor usaha atau semacam kluster. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetaan mereka, misalnya ketika dilakukan pelatihan, atau dilibatkan dalam setiap pameran.

“Bahkan juga untuk digandengkan dengan koperasi wanita, sehingga mereka bisa terbantu dalam sisi permodalan,” imbuh Liliek.

Tak hanya itu, pihaknya juga bekerja sama dengan instansi terkait, terutama yang menyediakan program bagi pemberdayaan wanita. Misalnya, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan BKKBN.

“Kami berharap tidak hanya menggaet instansi, tetapi dunia perbankan. Dengan tujuan agar mereka memberikan akses permodalan, tentunya dengan bunga kredit rendah tanpa agunan,” katanya.

Sebagai himpunan dari para pengusaha, pihaknya siap dengan SDM yang dapat diandalkan. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c