Langsung ke konten utama

AKSES, Melatih hingga Memasarkan

Tak sekadar mahir dan mengerti tentang dunia yang digelutinya. Keberhasilan pengusaha skala kecil menengah (UKM) banyak ditentukan oleh ide baru dan kreativitas yang dilahirkannya. Namun tentu tidak mudah, butuh arahan untuk itu.

Itu pula yang mendasari Tien Soebandiri untuk ikut peduli dalam membina dan melatih masyarakat yang ingin belajar dan terjun di usaha kerajinan. Memang, bukan tanpa alasan jika banyak UKM pemula yang ingin memperkaya ilmu kepada Tien.

Pasalnya, mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Bunga Kering dan Bunga Buatan Indonesia (Aspringta) Jatim periode 1996-2004 telah malang melintang di dunia kerajinan, mulai membuat bunga dari kelobot jagung, aneka boneka dari pelepah pisang, bunga dari kertas semen, hingga aneka lukisan dengan media sarung bantal dan baju.

“Sejak menjadi Ketua Aspringta, mau tak mau saya harus menyulap rumah saya menjadi semacam tempat pelatihan, seperti membuat bunga kering, merangkai bunga segar, hingga painting. Mereka yang belajar beragam, mulai sekadar hobi sampai yang ingin terjun ke bisnis,” kata istri Prof Dr Soebandiri SpPD KHOM ini.

Sukses menularkan ilmunya, tak berarti berhenti. Banyak ‘anak didiknya’ yang bingung setelah karyanya dibuat, siapa yang akan membeli atau memasarkan. Mau tak mau, Tien pun ikut turun tangan membantu pemasarannya. Untung saja, selain kediamannya sering menjadi jujugan teman-teman maupun pembeli, ia juga sering ikut pameran di sejumlah kota dan negara.

“Bersama tiga teman yang tergabung dalam TIEN Handicraft, ingin membantu mulai mengasah keterampilan hingga pasar UKM pemula. Kami bersyukur ternyata mereka cukup kreatif dan karyanya banyak diminati pembeli,” ujar wanita 65 tahun ini.

Ia bangga kegiatan yang dilakukannya banyak memberi manfaat. Baginya, yang terpenting bukan keuntungan yang didapat, tapi bagaimana bisa membantu memberdayakan orang lain.

Memang, ‘anak didiknya’ tak hanya ibu-ibu rumah tangga, tidak sedikit kaum pria yang rata-rata para pensiunan pegawai hingga anak-anak usia sekolah. Saking kreatifnya mereka, kadang ada juga kreativitas yang dimunculkan bisa dikembangkan. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c