Langsung ke konten utama

Produk Tradisional, Outlet Modern


Saat ini, makin sulit ditemui pedagang mainan tradisional menjajakan barangnya keliling kampung. Atas dasar itu, Giant Hypermarket mencoba mewadahi para produsen mainan tradisional untuk memajang produknya.

Department Head in Store Promo Giant Maspion Square Indriana mengatakan, pihaknya melakukan terobosan itu sejak akhir 2009. Digelarnya produk mainan tradisional itu didasari munculnya sejumlah permintaan sebagian pengunjung, agar Giant melengkapi gerainya dengan barang-barang langka tersebut.

“Sebetulnya, tanpa permintaan pun kita memang merencanakan melibatkan UKM-UKM dengan membantu memasarkan produknya, termasuk mainan tradisional yang saat ini kurang dilirik anak-anak,” kata Dina, panggilan akrab Indriana.

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi dan membanjirnya produk mainan impor membuat mainan tradisional kian tersisih. Hal itu yang membuatnya terpanggil untuk mengenalkan dan melestarikan mainan asli Indonesia kepada pengunjungnya yang notabene segmen keluarga.

Menggandeng Cemal-Cemil, salah satu supplier makanan ringan tempo dulu dan mainan tradisional, niat itu pun terealisasi. “Awalnya kita memajang beberapa item barang mainan maupun makanan ringan atau permen tempo dulu. Ternyata animo konsumen luar biasa,” ungkap Dina.

Barang-barang yang dulu kerap dijumpai, seperti gangsing, bola bekel, dakon, miniatur gamelan, kereta dorong dari kayu, atau beberapa jenis permen tempo dulu seperti permen bola, permen asem, permen jahe, ternyata cukup banyak peminatnya. Terbukti, hanya dalam satu bulan omzet penjualan produknya rata-rata mencapai Rp 11-12 juta.

Wajar saja jika barangnya laris manis. Selain harganya relatif terjangkau, produk tersebut juga hanya bisa dijumpai di gerai Giant Maspion Square, dan tentunya standar kualitasnya terjamin. “Harganya cukup murah. Terompetan bambu bersuara burung ini misalnya, Rp 3.000 per biji. Demikian juga permen tempo dulu harganya mulai Rp 3.000 per bungkus,” tandas Dina.

Kenyataan itu membuatnya kian semangat untuk menambah item produk. Jika semula sekitar 30 item, saat ini jumlahnya mencapai 90 item. Jenisnya ditambah tak hanya mainan atau camilan tempo dulu, tapi juga perkakas tempo dulu, seperti cangkir dan teko berbahan seng. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c