Langsung ke konten utama

Bantu Akses Pasar

Bisa menciptakan lapangan kerja baru, serta menambah penghasilan keluarga. Alasan itulah yang mendasari Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Surabaya, Tjahjani Retno Wilis untuk terus mendorong kaum ibu rumah tangga agar bisa mengembangkan usaha sendiri.

“Selama ini banyak usaha yang dikembangkan ibu-ibu berasal dari hobi, dan sebagian besar berhasil,” kata Wilis, panggilan akrabnya, belum lama ini.

Menurut Wilis, kaum wanita yang menjalankan usaha rumahan, selama ini justru dikenal cukup ulet, tak mudah putus asa, inovatif, bahkan atraktif. Ini karena mereka biasanya menjalankan teknik marketing dari komunitas, seperti menawarkan saat pengajian, arisan, terkadang mengikuti even bazar kecil-kecilan.

Oleh karena itu, Wilis cukup bersemangat untuk terus mendorong upaya mereka, bahwa seorang istri tidak selamanya hanya berpangku tangan, namun juga bisa menghasilkan uang dari rumah.

Meski hanya usaha rumahan, aku Wilis, ternyata rata-rata produk yang dihasilkan mendapat respons positif di pasar. “Kita ambil contoh produk kerajinan aksesoris wanita, pasarnya sangat luar biasa, bahkan banyak di antara perajin yang tak menduga besarnya animo konsumen,” tandasnya.

Masalah muncul, ketika permintaan melimpah, tetapi perajin justru tak mampu memenuhinya hanya karena keterbatasan kapasitas produksi dan waktu. Selain itu, keterbatasan modal untuk mencukupi kebutuhan bahan baku juga menjadi hambatan tersendiri.

“Ini yang mendasari kita untuk memberikan wadah dan membantu mereka untuk bisa mengakses pasar. Paling tidak menggandeng mereka untuk dilibatkan dalam sejumlah pameran,” jelas istri Wakil Walikota Surabaya Arif Afandi ini.

Upaya itu didasari banyaknya perajin yang ingin mengembangkan usaha, khususnya ketika masuk ke pasar untuk bisa bersaing di pusat perbelanjaan, namun terkendala biaya sewa stan yang mahal.

Dalam setahun, rata-rata Dekranasda Jatim mengikutsertakan perajin dalam lima even pameran berskala nasional dan internasional, baik di Surabaya, Jakarta, maupun daerah lainnya. “Dananya kita mendapat bantuan APBD Kota Surabaya,” ungkap Wilis.

Soal dukungan permodalan, diakui Wilis, selama ini sebagian perajin masih mengandalkan dana pribadi. Ini tak lepas dari sulitnya mereka mengakses perbankan. Rata-rata pengajuan tidak disetujui karena usahanya tergolong baru atau alasan lain. “Kita berharap perbankan bisa lebih lunak dalam memberikan batasan ke UKM,” ujarnya.

Melihat kenyataan itu, Wilis akhirnya membantu mereka mendapatkan akses modal di luar perbankan, salah satunya menggandeng beberapa badan usaha milik negara (BUMN).

Seperti diketahui, setiap perusahaan pelat merah khususnya yang untung, diwajibkan menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program kemitraan inilah yang banyak disalurkan untuk membantu permodalan bagi sektor UKM.

“Kita menggandeng BUMN seperti, Telkom, Pelindo III, PTPN dan BUMN lain, yang ada di Surabaya, dan beberapa perajin telah dibantu,” tuturnya.

http://www.surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c