Langsung ke konten utama

Ketagihan Setelah Sukses Bikin Rombong Bubur Ayam


Secara prinsip sama-sama Pedagang Kaki Lima (PKL), namun gerobak penjual Kebab Baba Rafi dan es teh merek Tong Ji atau Teh Poci, bisa tampil beda jauh dari gerobak PKL. Perbedaan itu terlihat jelas dari gerobak yang tampak menarik, tampil keren karena bentuk dan warna lebih atraktif.

Menghasilkan rupiah dari karyanya membuat gerobak atau rombong sama sekali tidak terlintas dari benaknya. Tapi keberhasilan Arif Rachman Hakim, 35, memproduksi rombong ‘Buburku’, justru membuat alumnus Teknik Perkapalan ITS ini ketagihan.

Padahal, Arif mengakui, produksi rombong bubur ayam pesanan temannya itu hanya bermodalkan tekad, peralatan dan bahan dari usahanya dibidang advertising, ditambah kemahiran desain grafis yang dipelajari secara otodidak.

Itu semua bermula pada 2007 lalu, yang akhirnya mengubah bidang yang digelutinya. Kini, Arif berniat membantu mengubah penampilan para pedagang kuliner yang ada di dalam mal maupun yang berlokasi di halaman mini market, dengan keberadaan gerobak-gerobak yang keren.

“Biasanya pemesan sudah memiliki bentuk dan penampilan rombong sesuai yang diinginkan, kemudian saya tinggal mendesain. Bila cocok, akan dilanjutkan dengan produksi,” ujar Arif, warga Jl Raya Kemiri, Kota Sidoarjo, yang kini lebih dikenal dengan Mr Rombong, ditemui Selasa (20/7).

Namun, Arif mengungkapkan, terkadang pemesan sudah mempunyai spesifikasi dan desain sendiri. “Sehingga, saya tinggal produksi saja,” tutur produsen beberapa rombong ternama seperti, Kebab Baba Rafi, Teh Tong Ji dan The Poci ini.

Ia menawarkan tiga paket untuk produksi rombong, yang dibedakan dari besar kecilnya rombong, bahan-bahan yang dipakai dan bentuk desain. Paket pertama, rombong kecil atau disebut paket pemula dengan harga sekitar Rp 1 juta. Paket kedua, rombong KPK (Kios Praktis Keren), harganya mulai Rp 3,5 juta. Paket ketiga, rombong Fantasi nilainya antara Rp 5 juta hingga Rp 9 juta.

“Pengerjaan satu rombong biasanya butuh satu minggu, untuk rombong kecil modal yang dikucurkan bisa mencapai Rp 600.000-750.000,” katanya.

Kini menginjak tahun keempat, Arif yang dalam proses produksinya dibantu 23 karyawan, mampu mengantongi omzet antara Rp 60 juta hingga Rp 90 juta per bulan. “Setiap bulannya, saya memproduksi sekitar 30 hingga 50 rombong berbagai ukuran,” jelas suami Lia Hidayati, 30, dan ayah dari Radhi Rajendra Rafief, 8, dan Athalla Azmi Azarine, 7.

Dalam perkembangannya, Arief berniat melebarkan usahanya ke Malang. Rencananya, pada Oktober 2010 akan dibuka cabang desain dan produksi rombong merek Mr Rombong di daerah Blimbing, Kota Malang. Sebagai pimpinan cabang, Arief menunjuk salah satu anak buahnya yang telah memiliki dedikasi tinggi.

Untuk kreativitas desain, Arief memiliki strategi umum dalam mengenalkan desain dan produk rombong fantasinya. Yaitu, melalui online dengan blog www.mr-rombong.blogspot.com dan situs jejaring sosial Facebook dengan akun Mr. Rombong.

“Orang meminati karya dan produksi rombong karena saya selalu memberikan spesifikasi dan bahan baku pembuatan rombong, seperti kayu, besi, seng, papan, dan lainnya,” ungkap Arif, yang pernah bekerja sebagai teknisi di sebuah hotel dan mendirikan perusahaan advertising.

Toh keberhasilan usahanya itu tidak membuatnya lupa diri dan enggan berbagi. Dalam acara bedah buku karya Lupeng Magnum dan Samurai, tentang strategi bisnis dan usaha yang digelar di Harian Surya, Arief memberikan beberapa rombongnya kepada peserta terpilih.

”Harapan saya, karya ini bisa memberi manfaat orang lain yang berusaha. Pertama, membuat orang bertambah semangat karena usahanya tampil dengan rombong yang menarik dan kedua, bisa laris dikunjungi konsumen,” tandas Arief. surya.co.id

Postingan populer dari blog ini

Sempat Dilarang Usaha, Kini Sehari Ciptakan 30 Item

Membidik pasar segmen wanita tentu bukan langkah yang salah. Pasalnya, hampir setiap wanita ingin terlihat lebih cantik dan modis. Ini pula yang disasar Oky Mia Octaviany, perajin aksesoris yang sukses masuk di segmen tersebut. Saat ini, beragam aksesoris seperti, bros, gelang, tas, anting, serta hiasan jilbab buatannya, banyak dikenal pembeli baik dari Jatim, luar pulau, bahkan hingga pasar ekspor ke Arab Saudi dan Eropa. Meski sebetulnya usaha yang ia jalankan berangkat dari kegagalannya merintis usaha sebelumnya. Wanita kelahiran Surabaya, Oktober 1971 lalu itu, memang pernah mencoba berbisnis makanan. Namun usaha itu ternyata hanya bertahan setahun. Itu membuat dia dilarang sang suami, Banyon Anantoseno, untuk menggeluti usaha. “Saya pun merenung ternyata kegagalan itu akibat saya tidak suka masak. Oleh karena itu, saya mencoba menggeluti lading bisnis lain yang selama ini saya sukai,” papar Oky ditemui di rumah sekaligus workshop-nya di kawasan Sidosermo Surabaya. Tahun 2

Peluang Usaha Kreatif Daur Ulang Limbah

Banyaknya limbah atau sampah yang setiap harinya diproduksi masyarakat, menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang ada di sekitar mereka. Segala macam usaha dilakukan pemerintah dan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Program pemerintah untuk mengolah semua sampah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah sampah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif daur ulang limbah, dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah sampah yang dihasilkan masyarakat, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah sampah dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Limbah organik seperti kayu, dedaunan, kulit telur serta tulang hewan dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik atau d

Ingin Bermanfaat Lebih Banyak melalui Roncean Tasbih

Tasbih umumnya terbuat dari bahan kayu cendana dengan dominasi warna coklat, hitam atau batu fosfor warna putih yang bisa menyala. Namun, kini semakin banyak dijumpai model tasbih dengan bahan mulai mutiara imitasi, kaca hingga batu-batuan. Warnanya pun semakin beragam, kuning, hijau, biru, ungu, juga pink. Di tangan Ira Puspitasari, aneka batu-batuan, perak, mutiara imitasi atau kaca itu bisa berubah wujud menjadi roncean tasbih nan cantik. Apalagi, masih ditambah batuan Swarovski. “Apa yang saya mulai ini karena belum cukup puas dengan produk aksesoris wanita. Saya ingin bisa memberi lebih banyak manfaat bagi semua orang atas hasil karyanya. Yaitu dengan membuat tasbih unik yang dibuat dari beragam batu-batuan,” tutur Ira, Kamis (12/8). Memang, tasbih buatannya tak lepas dari hasil keisengannya dalam memadupadan aksesoris dan barang yang selama ini telah ia geluti sejak dua tahun terakhir. “Saya berpikir kalau misalnya batu-batuan ini saya padu dengan butiran tasbih kayaknya c